BAB II
PERANA PGRI DALAM
PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN
A.
PGRI
Lahir sebagaiOrganisasi Perjungan
Jati
diri PGRI sejak berdiri sampai sekarang ialah sebagai organisasi perjuangan,
profesi dan ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independent, dan non
poliik praktis. Dalam menghadapi berbagai tantangan yang terus berkembang, PGRI
harus tetap konsisten terhadap jati diri yang bersumber pada visi masa depanya
sebagai organisasi dinamis, mandiri dan berwibawa yang dicintai anggotanya,
disegani oleh mitranya diakui keberadaanya oleh masyarakat luas. Salah satu
kunci yang mewujudkan hal diatas adalah dengan sikap solidaritas sebagi jiwa,
semangat dan nilai kejuanganya.
Secara
umum soldaritas dapat diartikan sebagai suatu manisfestasi (asset) kesatuan dan
kesepakatan yang bersumber dari kesamaan nasib, niat, perasaan, tindakan dan
simpati diantara sejumlah atau sekelompok individu. Kesamaan yang dihayati
bersama oleh semua pihak didalam kelompok kemudian berkembang sehingga makin
merekat kekuatan, kesamaan itu terletak dalam aspek :
1.
Minat
2.
Perasaan
3.
Tindakan
4.
simpati
Kata
solidaritas mempunyai kata dasar solid yang mempunyai cirri-ciri sebagai
berikut :
1.
dalam
bentuk yang selalu tetap
2.
tidak
memiliki kekosongan
3.
terwujud
dalam subtansi yang sama dan konstan
4.
kuat
mantap dalam kontruksinya seingga mampu menahan beban dan tekanan.
5.
Mempunyai
reputasi dan kepercayaan yan mantap
6.
Berkesinambungan
7.
Berwujud
dalam dimensi panjang, lebar dan tinggi baik ruang maupun waktu.
Untuk
melestarikannya dan kesuksesa PGRI dimasa depan, maka solidaritas yang telah
menjadi modal fundamental yang telah teruji kehandalnya itu harus tetap
dipertahankan dan dikembangkan terus sehingga PGRI ini tetap solid. Banyak
sekali sumber permasalahan dari kurangnya efektifnya komunikasi dan sumber daya
manusianya. Untuk mewujudkan amanatanya PGRI menggynakan empat dasar dan metode
berikut ini ;
1. Intensifikasi secara vertical,
horizontal, dan diagonal baik internal maupun ekternal.
2. Optimalisasi kemitraan secar
berimbang dengan berbagai pihak terkait atas dasar saling menghormati secara
sistematik dan simbolik.
3. Aktualisasi program kerja yang
lebih berpusat pada hak dan martabat anggota
4. Tranparasi manajemen organisasi
dalam berbagai tingkatan.
Secara ideal, pelaksanaan kinerja
PGRI menuntut dikembangkanya suatu strategi yang sistematik, sinergik dan
simbiotik dalam mencapai hal yang diharapkan.
1.
Strategi
sistematik adalah strategi yang diberikan pandangan dari system dengan sub
system dan supra –sistemnya dalam arti hubungan structural, fungsional, dan
interaktif yang menyakut proses kekeluargaan.
2.
Strategi
sinergi adalah strategi untuk mengembangkan diri secara lebih luas untuk
memperoleh nilai tambah melalui perencanaan pro aktif dan keterpaduan inovasif
diantara tindakan nyata.
3.
Strategi
simbiotik adalah strategi untuk mencari keterlibatan kolaboratif jaringan kerja
dengan pihak terkait untuk mendapatkan manfaat bersama.
Solidaritas sebagai sumber jiwa,
semangat , dan nilai jiwa perjuangan PGRI sudah seharusnya dipahami, dihayati
dan diamalkan oleh seluruh kader PGRI dalam berbagai jenjang dan fungsi
organisasi. Hal itu sangat penting untuk mempersiapkan dan membekali diri dalam
menerima tongkat estapet kepemimpinan PGRI dimasa depan.
B. PGRI
Turut serta Dalam Perjungan Mempertahankan Kemerdekaan
PGRI
lhir konsisten dengan Proklamsi Kemerdekan 17 Agustsus 1945, ia merupakan
hikmah aspirasi dan panggilan akan kembersaman serta tanggung jawabya
menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan. PGRI lahir sebagai salah saty “ anak
Revolusi” yang merupakan bagian integral sejarah perjungan bangsa dan dengan
berindentitas sebagai organisasi guru ‘ pejuang’ yang memiliki serta menegakkan
dan mempertahankan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945, PGRI beridentitas
sebagai organisasi perjuangan dan sebagai organisasi profesi.
C. PGRI
Mempersatukan Guru Di Negara-negara Boneka Ciptaan Belanda
Seperti diketahui
bahwa NICA (Belanda) dengan bantuan sekutu (Inggris) tidak setuju adanya
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Keadaan inilah yang menimbulakan
perselisihan antara Indonesia dengan Belanda termasuk dengan tentara Inggris.
Hal ini terbukti dari beberapa peristiwa berikut ini :
1.
Pada
tanggal 25 maret 1946 tentara NICA ( Belanda ) menggempur kota bandung dengan
alas an ultimatum tentara Sekutu.
2.
Tanggal
10 juli 1946 daerah-daerah diluar pulau jawa, Madura, dan Sumatra akan
diserahkan oleh tentara Inggris kepada Belanda (NICA). Kemudian untyuk mengadu domba dibentuklah
Negara Indonesia Timur (NIT).
3.
Pada
tanggal 15 Juli 1946 diadakan Konfrensi Malino disulawesi selatan oleh belanda
yang isinya memperluas front anti Republik Indonesia.
4.
Tanggal
24 oktober 1946 tentara sekutu mengosongkan kota-kota itu diserahkan kepada
NICA (Belanda).
Selain
hal diatas, usaha-usaha Belanda untuk menghilangkan Negara Republik Indonesia
Proklamsi, maka Belanda mengadakan dengan Pemerintah Republik Indonesia, yaitu
antara lain :
1. Persetujuan Linggarjati tanggal
11-15 November 1946 yang isinya bahwa belanda mengakui Negara Republik Indonesi
secara defacto di Jawa, Madura, dan Sumatra.
2. Perundingan Renville tanggal 19
Desember 1947 isinya bahwa belanda mengakui Negara Republik Indonesia Proklamasi
wilayah Yogyakarta saja.
D. PGRI
Menjalin Hubungan Dengan Organisasi Di Luar Negeri
Unuk ini maka pada
tahun 1948 PGRI mengadakan hubungan organisasi guru internasional antara lain :
1.
Setelah
kongres IV di Yogyakarta akhir tahun 1945, Pengurus besar PGRI tahun 1950
mengirim surat perkenalan dan ucapan selamat atas terpilihnya Pengurus baru
Persatan Guru Negara Malaya.
2.
Hubungan
dengan organisasi guru Philipina tahun 1952
3.
Persatuan
buruh pendidikan Republik Rakyat Cina ( RRC) tahun 1951
4.
Pada
tahun 1954 PB PGRI menjadi tamu Asosiasi Guru Australia.
5.
Pada
tahun 1966 menyatakan dirinya masuk menjadi anggota organisasi dunia pada
kongres WCTOTP di Seoul Korea Selatan
E. Kongres
PGRI II dan III Bertekad Mempertahankan Kemerdekaan
Kongres PGRI II ini
berlangsung di Surakarta tanggal 21-23 Desember 1946 dalam susanana geloranya
revolusi mempertahankan kemerdekaan . Para Guru saat itu bukan hanya member
pelajran didalam kelas, tetapi juga sebagai pengobar api perjuangan melawan
NICA (Belanda) dan Sekutu demi tegaknya kemerdekaan. Ditengah-tengah dan
semangat perjuangan pula para guru
berhasrat merintis revolysi kemerdekaan. Putusan-putusan yang penting yang
diambil pada masa kongres PGRI II ini antar lain ;
1.
Mengusulkan
kepada pemerintah agar diadakan sentralisasi sekolah yaitu
a.
Sekolah-sekolah
menengah (SMP-SMA0 supaya diurus oleh PPK.
b.
Sekolah
dasar (SR) agrar didesentralisasi oleh tiap-tiap propinsi.
2.
Kantor
Pengajaran Keresidenan hendaknya diubah menjadi Insepksi Pengajaran.
3.
Untuk
mempertinggi derajat keguruan hendaknya sekolah guru diambil dari lulusan SMP,
yaitu untuk SGA.
Dalam Kongres PGRI II berhasil dibentuk
kepengurusan PB-PGRI sebagai berikut :
Ketua I :
R.H. Kusnan
Ketua II :
Soejono Kromodimulyo
Ketua II :
Sujono
Penulis I : J. Sutemas
Penulis II :
Mh. Husodo
Bendahara I : Sumidi Adisasmita
Bendahara II : Dinema
Ketua Bagian Pendidikan : D. Notohamijoyo
Ketua
Bagian Perburuhan : sosro
Ketua Bagian Penerangan : Selamet I
Pada
tahun 1948 R.H . Kusno diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Muhammad Hatta, yang kemudian
cabinet ini harus menghadapi pemberontakaan PKI Madiun.
Kongres
III berlangsung dimadiun tanggal 27-29 Februari 1948 bersifat darurat dan
sederhana. Pada Kongres ini tepilih susunan PB PGRI , yaitu :
Ketua
I :
Sujono Kromodimulyo
Ketua II : Sujono
Ketua III : Sudarsono
Panitera Umum I : barahim Prawirosumito
Panitera Umum II : Andogo W. Karsono
Bendahara I : Dinema
Ketua Bagian Pendidikan : supoyono ( kemudian diganti Mandoyo
Dewo )
Ketua
Bagian Perburuhan : Sastrosuwignyo
Ketua Bagian Penerangan : Selamet I
Hasil
gemilang perjungan PGRI III ialah kementrian PPK yang waktu itu berkedudukan
disolo melaksanakan tuntutan PGRI
yaitu menghapus guru-guru C ( pendidikan 2 Tahun setelah SR) dan PGRI
dinyatakan sebagai organisasi pekerja (
organisasi buruh).
Meskipun
segal cobaan datang bertubi ke puncak PGRI, namun PGRI tetap konsisiten dan
konsekwen dengan cita-cita perjuangan yang secara tegas digariskan dalam azaz
tujuan PGRI sebagai identitasnya, yaitu ;
1.
Mempertahankan
NKRI
2.
Meningkatkan
mutu pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengandasar falsafah Negara
Republik Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
3.
Tidak
bergerakdalam lapangan politik, atau sifantnya non partai politik.
4.
Sifat
dan siasat perjuangan PGRI, yaitu :
a.
Bersifat
korektif dan kontruktif terhadap pemerintah pada umumnya, dan khususnya
terhadap Kementrian PPK, yaitu dengan partai mempertahankan kebebasannya sebagai
serikat pekerja.
b.
Bekerjasama
dengan serikat-serikat pekerja (Buruh) lainya.
c.
Bekerjasama
dengan badan-badan lainya, seperti partai politik, organisasi=organisasi
pendidikan dan badan-badan pejuang lainya.
d.
Bergerak
ditengah-tengah masyarakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar